Sabtu, 10 Mei 2014

Sang Legenda Minangkabau Sumatera Barat

Cerita di balik foto kakek tua di rumah makan Padang




Saat berkunjung ke rumah makan padang, kedai, atau tempat yang pemiliknya orang Minang acap kali kita menemukan foto seorang kakek berkopiah hitam terpajang di dinding rumah makan tersebut? Barangkali anda berpikir bahwa si kakek ini memiliki anak atau cucu segudang yang memiliki usaha di semua profesinya. Atau mulut mulai terasa gatal untuk bertanya pada pemilik rumah makan atau kedai yang dikunjungi, 'Hei Uda, siapa kakek itu?' atau 'Uda, apakah bersaudara
dengan rumah makan ini atau rumah makan itu, sebab di sana ada foto kakek itu juga' Selanjutnya jika mulai membuka pertanyaan itu, maka si pemilik rumah makan akan bercerita panjang mengenai si kakek tersebut. Selesai mengetahui cerita siapa kakek tersebut, kesimpulan berikutnya adalah siapapun yang memajang foto kakek tersebut, mereka adalah orang Pariaman, Sumatera Barat.
Penasaran dengan siapa kakek yang ada di dalam foto tersebut? kenapa dia begitu dihormati oleh banyak perantau yang berasal dari Pariaman. Mari kita mulai bercerita.



Kakek yang fotonya sering terpajang di beberapa rumah makan padang atau kedai yang pemiliknya berasal dari Pariaman itu seringnya tidak memiliki hubungannya dengan si pemilik rumah. Mereka bukan keturunan dari kakek tersebut, mereka hanya pengagum atau orang-orang yang mengikuti ajaran yang dianut kakek tersebut. Orang-orang percaya, bahwa memajang foto kakek itu akan membawa keberuntungan, rizki dalam usaha mereka. Sebab, kakek tersebut dikenal keramat oleh mereka. Nama si kakek itu adalah Syech Kiramatulla Ungku Saliah, namun lebih dikenal dengan sebutan Angku Saliah atau Ungku Saliah. Ungku Saliah merupakan ulama yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman khususnya Kecamatan VII Koto Sei Sarik. Menurut berbagai sumber yang dihimpun, Ungku Saliah lahir sekitaran tahun 1887 dan merupakan penganut Mazhab Syafi'i. Nama Saliah sendiri merupakan sebuah gelar yang beliau dapati saat mempelajari ilmu tarekat dari gurunya karena beliau merupakan anak yang rajin belajar dan beribadah. Beliau memiliki murid dan 
pengikut yang sangat banyak. Semasa hidupnya, dari cerita orang-orang tua dulu dan pengikutnya, Ungku memiliki keistimewaan khusus layaknya wali Allah. Bila ada yang minta obat kepada Ungku Saliah terkadang beliau hanya mengambil sembarangan apa yang tampak di depan matanya. Seperti 
misalnya daun, rumput, batu atau yang lainnya. Ajaibnya benda-benda yang diambilnya mujarab jadi alat penyembuh.




Cerita lain yang beredar adalah soal kehebatan Angku dalam memecah raga. Ungku disebut-sebut bisa menghadiri acara beberapa tempat yang berbeda di waktu yang bersamaan. Dan cerita yang paling dikenang oleh orang-orang tua adalah beliau pernah melempar batu kerikil saat air bah datang di sebuah kampung, air bah tersebut berbelok arah dan tidak jadi mengenai kampung.

Ungku Saliah wafat 3 Agustus 1974 di Sungai Sariak, Pariaman. Makamnya dibuat gobah yang sampai sekarang tetap dikunjungi oleh para penziarah. Para pengagum dan orang-orang yang mengetahui cerita serta seluk beluk beliau pun ikut mengkramatkan foto beliau. Fotonya pun sering dijadikan 'jimat pelaris' dagangan. 

"Ungku tuh sakti. Inyo bisa mahilang. (Ungku itu sakti, dia bisa menghilang)" cerita Doni (32) pemilik rumah makan Padang di Pesakih, Kalideres, Selasa (6/5) saat diminta keterangan mengenai foto Ungku Saliah yang terpajang di dinding Kedai Nasinya.

Doni merupakan salah satu pengagum dan penganut ajaran dari Ungku Saliah dan berasal dari Pariaman. Alasannya memajang foto Ungku saliah adalah identitas sebagai perantau orang Pariaman dan pengangum dari Ungku itu sendiri. 

Terlepas dari orang-orang yang memajang fotonya berharap dapat pelaris, menghormati Ungku Saliah dengan mengamalkan ajarannya jauh lebih baik bukan?

Tidak ada komentar: